Reporter: Roni
SOALKAKITA, Parigi Moutong– Tumbilotohe, merupakan salah satu tradisi masyarakat Gorontalo yang berdomisili di Kabupaten Parigi Moutong Provinsi Sulawesi Tengah, saat menyambut Hari Raya Idul Fitri 1442 H 2021
Tradisi Tumbilotohe, mempunyai makna tersendiri bagi masyarkat Gorontalo yang tinggal di pesisir pantai Kelurahan Bantaya yaitu, “Tumbilo” yang berarti memasang, dan Tohe artinya lampu.
Namun demikian, tradisi pasang lampu ini kerap di lakukan oleh masyarkat Gorontalo yang menetap di Parigi Moutong Keluruhan Banya Kecamatan Parigi.
Akan tetapi, tradisisi yang di anggap biasa saja oleh masyarakat sekitar menjelang hari Raya Idul Fitri ini. Kini mengundang keramaian bagi masyarkat yang mengunjungi lakosi itu untuk berpose bersama keluarga.
Selain itu, Pemasangan lampu tersebut, membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menyelesaikan. Sehingga, lima hari seblum menjelang Hari Raya Idul Fitri masyarkat sekitar sudah merampungkan pekerjaan mereka.
Adapun tradisi malam pasang lampu itu, melibatkan Karangtaruna Kelurahan Bantaya Kecamata Parigi maupun masyarakat yang tinggal di likosai itu.
Hal itu di ungkap Ketua Karang Taruna Kelurahan Bantaya Kabupaten Parigi Moutong Rifai Pakaya, saat tim Soalkakita.com berkunjung kelokasi tersebut. Selasa (11/04).
Ia menjelasakan, malam Tumbilotohe merupakan tradisi masyarkat Gorontalo yang berdomisili Kabupaten Parigi Moutong, di warnai dengan hiasan lampu yang di pajang depan halaman rumah masing-masing.
“ Denga adanya tradisi itu, ternya mendapat support dari Pemerintah Daerah (Pemda) Parigi Moutong. Kaerna dianggap tradisi tersebut, merupakan ajang silaturahmi antar sesama dalam menyabut Hari Raya Idul Fitri.
Selain itu, kata ia, Tumbilotohe bukan saja mempererat tali silahturahim, tatapi ini merupakan momentum dalam melestarikan tradisi masyarakat Gorontalo yang tinggal di Kelurahan bantaya ini.
“Agar nantinya momentum seprti itu akan menajdi contoh bagi generasi selanjutnya, karena tradisi yang seperti ini bisa menjaga ke kokohan atara sesama masyarakat yang berda di Wilayah Parimo,”ujarnya.
Tradisi Tumbilotohe, Dipastikan Sampai Hari Raya Ketupat.
Ia menuturkan, pemasang lampu atau Tumbilotohe di lakukan secara bergotong royong, antara masyarakat maupun Karangtaruna.
“Adapun yang ikut membantu dalam kegiatan tradisi pasang lampu ini, yaitu. Pihak eksternal, Pemda maupun swasta, yang berpartisipasi langsung dalam bentuk donatur,” ujarnya.
Rifai menegaskan, Tumbilotohe merupakan tradisi yang seharusnya dijaga. Karena budaya yang seperti ini merupakan hal yang positif bagi masyarakat gorontalo tepatnya di Parigi Moutong.
“Malam pasang lampu ini, di pastikan sampai pada hari Raya Ketupat. Akan tetapi kami juga selalu menghimbau bagi pengunjung yang berdatangan ke lokasi itu, harus mentaati protokol kesehata,” ungkapnya.
Ia menambahkan, adapun pengunjung yang berdatangan ke lokasi Tumbilotohe itu tidak di perboleh membuat kegiatan lain, maupun masyarakat Kelurahan Bantaya. Hanya bisa menikmati kerlap kerlip dari lampu hias yang sudah terpasang di halaman rumah warga.