TINOMBO SELATAN – Persatuan Rakyat Tani Tinombo Selatan (PRT-Tinsel) kembali menegaskan sikapnya menolak praktik Pertambangan Tanpa Izin (PETI) yang masih marak di wilayah Kecamatan Tinombo Selatan. Menanggapi situasi yang belum tuntas, PRT-Tinsel berencana akan kembali turun ke jalan melakukan aksi demonstrasi besar-besaran.
Agung R Lamakantja, selaku Ketua PRT-Tinsel, menjelaskan bahwa pihaknya telah menyebarkan pamflet di media sosial untuk mengajak masyarakat dan mahasiswa bergabung dalam aksi ini. “Untuk aksinya kami belum putuskan kapan akan dimulainya, karena malam Selasa tanggal 26 Agustus kami melakukan konsolidasi pertemuan dulu, setelah itu kita putuskan hari apa aksinya,” ujar Agung kepada media ini.
Pria kelahiran Desa Tada tersebut juga menyatakan bahwa aktivitas PETI hingga hari ini masih berstatus darurat di Kecamatan Tinombo Selatan. Ia merasa kecewa karena Pemerintah Kecamatan dan Polsek Tinombo Selatan seolah “tidak berdaya dan tutup mata” terhadap aktivitas ilegal tersebut.
Keresahan ini semakin diperkuat dengan beredarnya video pada 6 Agustus kemarin, yang menunjukkan sejumlah penambang kembali mengoperasikan mesin jet di wilayah Desa Oncone Raya. Lokasi tersebut sebelumnya telah dihentikan, namun para penambang diduga kembali beroperasi.
Perjuangan Murni Petani dan Pesan Non-Kekerasan
Lebih lanjut, Agung mengajak seluruh warga Tinombo Selatan untuk tetap memperjuangkan penolakan tambang emas ilegal ini dengan cara-cara yang tidak melanggar hukum.
“Kami tegaskan bahwa perjuangan ini murni dari keresahan masyarakat petani. Kami tidak ingin ada kekerasan atau tindakan yang melanggar hukum. Ini perjuangan demi keberlangsungan hidup karena petani ada kita hidup,” tegasnya.
Agung juga menambahkan, dalam aksi yang akan datang, PRT-Tinsel akan menyampaikan beberapa poin tuntutan. Mengenai lokasi aksi, akan diputuskan setelah pertemuan konsolidasi nanti malam.