Soalkakita, Palu – Sikap dan keputusan Ketum KONI Sulteng M Nizar Rahmatu, di arena Musyawarah Olahraga Provinsi (Musprov) KONI Sulteng yang berlangsung di Sutan Raja Hotel pada Jumat 21 Maret 2025, yang berakhir ricuh, justru melahirkan empati dan kekaguman dari sebagian peserta utamanya KONI Kabupaten/Kota selaku pemilik hak suara.
Sekretaris KONI Banggai Sugiarto D Djanun menilai, tidak gampang bagi seorang pemimpin untuk bisa menahan diri, ditengah kekisruhan di hajatan yang dihadiri Asisten 1 mewakil Gubernur Sulteng, Ketua Komisi IV DPRD Sulteng serta KONI Pusat dan beberapa pejabat tinggi lainnya.
Nizar Rahmatu, kata Sugiarto menghargai dinamika yang terjadi. Bahkan ujarnya ia tidak mau hanya karena musyawarah, silaturahmi rusak dan terciderai.
” Untuk apa jabatan jika diperoleh dengan cara-cara yang tidak baik,” ujar Sugiarto mengutip pernyataan Ketum KONI.
Dengan sikap dan keputusan Nizar Rahmatu yang mampu menahan diri termasuk menahan para pendukungnya ini kami salut serta patut di acungi jempol.
” Jujur apa yang dipertontonkan Nizar dengan naik ke podium lalu memutuskan menunda jalannya Musprov dengan pertimbangan mengedepankan kebersamaan dan lebih menjaga tali silaturrahim, gambaran sosok pemimpin yang bijak dan gentleman,” papar Sugiarto, Sabtu 22 Maret 2025.
Meski demikian secara pribadi kata Sugiarto, Ia sangat menyayangkan sikap Ketua Pengprov Aquatik Sulteng Hidayat Lamakarate dan Ketua KONI Buol Abdullah Batalipu.
Karena kedua tokoh ini panutan masyarakat Sulteng.
Harusnya, mereka memberikan contoh dan tauladan yang baik kepada adik-adiknya sebagai peserta Musprov, malah justru sebaliknya ikut memancing dan memicu kekisruhan semakin memanas.
” Jujur kami sangat kecewa dan menyesalkan sikap dua tokoh ini. Yang harusnya bertindak sebagai mediator dan menghangatkan suasana malah ikut memicu, bahkan sampai teriak-teriak dan memukul meja, sehingga suasan semakin tak terkendali, sementara diketahui masih banyak undangan termasuk Wakil Ketua KONI Pusat, ” tandasnya.
Kekecewaan diungkapkan Sekretaris KONI Kabupaten Parigi Moutong Supardin. Menurutnya, ia menduga kekisruhan di Musprov ini sejak awal telah di rencanakan. ” Ini by desain dengan tujuan deadlok atau tidak lanjut,” ujarnya.
Makanya ia menyayangkan karena tidak lagi mengedepankan prinsif-prinsif dan etika bermusyawah.
Ia pun menambahkan perlu dipahami bahwa sebagian besar peserta Musprov baik KONI Kabupaten/kota maupun Cabor menghendaki kegiatan ini tetap terlasana, karena panitia telah mengacu pada AD/ART KONI.
Mengapa pihaknya kata Supardin tidak terpancing dan bereaksi, karena masih dalam suasana bulan suci ramadhan, sehingga harus bisa menahan diri dan hawa nafsu.
” Yang jelasnyai ini potret buram yang tidak bisa di contoh, karena telah menciderai etika dan adab berorganisasi dengan memaksakan kehendak,” pungkas Supardin.