SOALKAKITA – Gerakan kepanduan yang kini kita kenal dengan Gerakan Praja Muda Karana (Pramuka) tidak lepas dari peran para kiai pesantren sebagai inisiator gerakan pemuda di Indonesia. Para kiai, terutama KH Abdul Wahab Chasbullah (1888-1971) menyadari bahwa perjuangan melawan penjajah membutuhkan peran para pemuda sebagai generasi penerus bangsa. Bahkan, para pemuda merupakan investasi berharga sebuah bangsa dalam meneruskan perjuangan memakmurkan seluruh rakyat dan menyatukannya dalam bingkai keindonesiaan.
Di sini Kiai Wahab Chasbullah menginisiasi gerakan para pemuda dalam sebuah
wadah perkumpulan atau organisasi yang dinamainya Nahdlatul Wathan.
Dalam catatan Choirul Anam (2010), Nahdlatul Wathan yang didirikan Kiai Wahab
pada 1916 itu merupakan sebuah perguruan atau madrasah. Di dalamnya ada
kurikulum pembelajaran berbasis keilmuan pesantren dan penanaman cinta tanah
air dalam jiwa para pemuda. Prinsip cinta tanah air (hubbul wathan) ini
ditekankan Kiai Wahab sebagai visi jangka panjang perjuangan dan gerakan para pemuda.
Dalam proses pembelajaran tersebut, Kiai Wahab menahbiskan Syubbanul
Wathan (pemuda cinta tanah air). Konsep cinta tanah air melalui
pendidikan ini menyadarkan para generasi muda agar bersatu melawan penjajah
demi kemerdekaan bangsa Indonesia. KH Wahab Chasbullah berhasil mendirikan
perguruan Nahdlatul Wathan atas bantuan beberapa kiai lain dengan dirinya
menjabat sebagai Pimpinan Dewan Guru (keulamaan). Sejak saat itulah Nahdlatul
Wathan dijadikan markas penggemblengan para pemuda. Mereka dididik menjadi
pemuda yang berilmu dan cinta tanah air.
Bahkan setiap hendak dimulai kegiatan belajar, para murid diharuskan terlebih
dahulu menyanyikan lagu perjuangan dalam bahasa Arab ciptaan Mbah Wahab
sendiri. Kini lagu tersebut sangat populer di kalangan pesantren dan setiap
kegiatan Nahdlatul Ulama (NU), yakni Yaa Lal Wathan yang juga
dikenal dengan Mars Syubbanul Wathan. Benih-benih cinta tanah air
ini akhirnya bisa menjadi energi positif bagi rakyat Indonesia secara luas
sehingga perjuangan tidak berhenti pada tataran wacana, tetapi pergerakan
sebuah bangsa yang cinta tanah airnya untuk merdeka dari segala bentuk
penjajahan.
Selain itu, terlibatnya Kiai Wahab di berbagai organisasi pemuda seperti Indonesische
studie club, Syubbanul Wathan, dan kursus Masail
Diniyyah bagi para ulama muda pembela madzhab tidak lepas dari
kerangka tujuan utamanya, membangun semangat nasionalisme bangsa Indonesia yang
sedang terjajah. Bahkan pada 1924, Kiai Wahab membentuk Ahlul Wathan (Pandu
Tanah Air) yang merupakan salah satu cikal bakal berdirinya Gerakan Pemuda
Ansor. Setelah resmi berdiri pada 1934, GP Ansor mendirikan sayap organisasi
bernama Pandu Ansor yang pernah mewakili Indonesia dalam Djambore Pandu Dunia
ke-10 di Makiling, Los Banos (Laguna) Filipina pada 17-26 Juli 1959.
Dalam mengembangkan Madrasah Nahdlatul Wathan ini, Kiai Wahab berupaya
menyebarkan ‘virus’ cinta tanah air secara luas di tengah masyarakat dengan
membawa misi tradisi keilmuan pesantren. Perjuangan mulia ini tentu harus
digerakkan secara terus-menerus melalui setiap lembaga pendidikan yang ada saat
ini sehingga cita-cita luhur pendiri bangsa untuk memperkokoh Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) semakin kuat dan tak pernah surut. Termasuk melalui
Gerakan Pramuka yang mempunyai anugerah sebagai ‘Manusia Pancasila’ dalam
mars-nya.
Tidak bisa dipungkiri, semangat cinta tanah air dari Kiai Wahab Chasbullah
inilah yang sedikit banyak menginspirasi dan menggerakaan para pemuda
sesudahnya dalam forum sumpah pemuda pada 1928, dua tahun setelah NU berdiri
pada 1926 di Surabaya. Berdirinya NU sendiri merupakan puncak pergerakan Kiai
Wahab yang sebelumnya mendirikan sejumlah perkumpulan sebagai embrio lahirnya
Nahdlatul Ulama.
Satu tahun sebelum deklarasi Sumpah Pemuda, tepatnya pada 9 Oktober 1927, para
kiai dalam forum tertinggi NU memutuskan untuk menabuh genderang perang
kebudayaan. Dalam perang kebudayaan ini, para kiai NU di antaranya melakukan
pelarangan budaya Belanda yang tersimbol dalam ornamen mode pakaian.
Keputusan NU tahun 1927 tersebut bentuk perlawanan budaya para kiai terhadap
penjajah. Perang kebudayaan yang digelorakan para kiai NU itu dalam
implementasinya berwujud boikot dan delegitimasi atas budaya yang bersumber
dari penjajah. Perang kebudayaan tersebut secara ekstrem juga berwujud
legitimasi para kiai NU untuk berperang melawan penjajah.
Keputusan NU tentang perang kebudayaan tersebut secara langsung melahirkan
hukum kewajiban muslim Nusantara untuk berperang mengangkat senjata. Sebab
untuk kali pertama, NU menggolongkan penjajah saat itu sebagai kaum kafir yang
harus diperangi dan ditundukkan. Keputusan NU untuk perang kebudayaan itu
menyebar ke tengah masyarakat. Muslim Nusantara merespon cepat dengan melakukan
pergerakan melawan penjajah. Segala macam asesoris, ornamen, simbol yang berbau
penjajah mendapat penolakan keras dari masyarakat desa.
Selama satu tahun NU melakukan perang kebudayaan dengan berbagai
konsekuensinya. Babak selanjutnya terjadi pada tanggal 9 September 1928 saat NU
menggelar Muktamar sebulan sebelum deklarasi Sumpah Pemuda. Saat Muktamar NU
1928 tersebut para kiai memutuskan untuk melanjutkan perang kebudayaan
menghadapi penjajah. Para kiai pun menambah agenda baru konfrontasi dengan
Belanda dengan memasukkan isu ekonomi dan politik.
Pada isu ekonomi para kiai melakukan delegitimasi mata uang penjajah. Sedangkan
isu politik digulirkan dengan mempertanyakan keabsahan kekuasaan penjajah di
bidang keagamaan. Maka menjelang Sumpah Pemuda, perlawanan para kiai NU maju
dua langkah. Pertama, menyisir dari kelemahan mata uang
penjajah. Kedua, menyisir dari kelemahan kekuasaan penjajah di
bidang keagamaan.
Satu bulan pasca Muktamar NU ke-3, tepatnya pada tanggal 28 Oktober 1928,
Sumpah Pemuda dideklarasikan dengan digawangi oleh Sugondo Djojopuspito, RM.
Djoko Marsaid, Muhammad Yamin, dan Amir Sjarifuddin. Tema besar Sumpah Pemuda
cepat direspon masyarakat mengingat Sumpah Pemuda adalah bagian dari babak
perjuangan anak bangsa, termasuk NU yang sejak awal sudah melakukan sejumlah
perjuangan. Inilah yang dimaksud bahwa NU adalah bagian dari gerakan sistematik
kebangkitan nasional. Termasuk membangun kesadaran berbangsa para pemuda sejak
dini.
Pijakan perjuangan dalam menanamkan benih-benih cinta tanah air kepada para
pemuda yang dilakukan oleh KH Wahab Chasbullah ialah dawuh gurunya sekaligus
kawan seperjuangannya, KH Muhammad Hasyim Asy’ari (1841-1947). Berangkat dari
prinsip keilmuan pesantren dan kondisi bangsa, Kiai Hasyim Asy’ari
mencetuskan hubbul wathan minal iman (cinta tanah air adalah
bagian dari iman). Sebab itu, perjuangan dan perlawanan melepaskan diri dari
setiap penjajahan ialah kewajiban agama.
Seluruh gerakan kepanduan pemuda di Indonesia disatukan oleh Presiden Soekarno
pada 1961 ke dalam Gerakan Praja Muda Karana, tepatnya 14 Agustus 1961. Tirto mencatat,
sebelumnya pada 1928, Persaudaraan Antara Pandu Indonesia (PAPI) dibentuk lalu
berkembang menjadi Badan Pusat Persaudaraan Kepanduan Indonesia (BPPKI).
Kemudian pada 1945 dilaksanakan Kongres Kepanduan Indonesia di Solo, Jawa
Tengah yang melahirkan Gerakan Pandu Rakyat Indonesia. Lalu pada 1951, Ikatan
Pandu Indonesia (IPINDO). Dan pada 1953, IPINDO menjadi anggota kepanduan
sedunia.
Berangkat dari sejarah perjuangan para kiai pesantren dalam menumbuhkan cinta
tanah air di dada para pemuda di awal-awal pergerakan nasional melawan
penjajah, Gerakan Pramuka yang pada 2019 telah berumur 58 tahun harus terus
menegaskan diri sebagai wadah ‘Manusia Pancasila’. Pramuka yang terintegrasi
dengan anak didik di setiap jenjang pendidikan juga harus konsisten menjadi
corong dalam menjaga persatuan, keberagaman, tradisi, dan budaya dalam bingkai
keindonesiaan yang hakiki berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Salam Pramuka!
Oleh Fathoni Ahmad
Penulis adalah anggota LAKSANA Gerakan Pramuka 2006-2007
Redaktur NU Online
Tags : opini
Palu - Seorang warga Kelurahan Birobuli Selatan, Kecamatan Palu Selatan, Kota Palu inisial TN (52)…
Parigi- Ketua Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah (Sulteng), Faisan…
PARIGI MOUTONG– Gerakan Pemuda Manggrove Teluk Tomini (GPMTT) bakal menggelar gerakan menanam 1000 manggrove dalam…
SOALKAKITA, PARIGI MOUTONG - Ratusan masyarakat di wilayah Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, masih saja…
Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Parigi Moutong mencabut Keputusan Nomor 1450 Tahun 2024 yang sebelumnya…
Soalkakita, Parigi - Kampanye Dialogis di Desa Silutung, Kecamatan Tinombo Selatan, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi…